Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia...

SEPENGGAL lagu anak ini mungkin masih selalu teringat karena selama di bangku sekolahan kita sering diajarkan lagu tersebut. Sosok ibu memang sangat tepat bila diibaratkan sebagai sang surya yang terus-menerus tak kenal lelah menyinari dunia. Ya, kasih sayang ibu sepanjang masa, tak akan pernah lelah, membuat kehidupan menjadi berarti.

Suatu ketika ada seorang anak yang datang pada seorang ustadz, kemudian mengeluh tentang perbuatan ibunya. Dia berkata, "Ibu saya itu orangnya kuno dan tidak berpendidikan. Akibatnya, saya merasa teraniaya menjadi anak". Lalu dengan tenang ustaz tersebut berkata, "Tulislah semua keburukan ibumu!" Kemudian ditulislah keburukan-keburukan ibunya: Ibuku orangnya pemarah, kurang perhatian, pelit, suka mendendam, dan sebagainya. Setelah selesai, ustaz itu pun kemudian berkata, "Sekarang tulis secara jujur apa jasa dan pengorbanan ibumu!"

Akhirnya anak tersebut merenung, "Sewaktu di perut ibu, sembilan bulan saya mengisap darahnya. Saat itu, sulit berdiri dan berjalan berat, bahkan berbaring pun sakit. Tiga bulan pertama mual dan muntah karena ada saya di perutnya. Ketika saya akan terlahir ke dunia, ibu meregang nyawa di antara hidup dan mati. Meskipun bersimbah darah dan sakit tiada terperi, ibu tetap rela dengan kehadiran saya. Setelah lahir, satu per satu jari saya dihitungnya dan dibelainya. Di tengah rasa sakit, beliau tiba-tiba tersenyum dengan lelehan air mata bahagia melihat saya terlahir. Dan saat itu pula ibu menyangka akan lahir anak yang saleh yang memuliakannya."

Ketika sang anak menulis terus pengorbanan ibunya, tak terasa berlinanglah air matanya. Semakin sadar bahwa untaian pengorbanan ibunya sungguh tidak sebanding dengan kebaikan yang telah ia perbuat untuk memuliakan ibunya. Bahkan jika tubuh kita dikupas tidak akan terbanding, tidak akan bisa menandingi perih pahitnya penderitaan orang tua kita.

Cobalah kita renungkan! Pada waktu kita bayi, tidak kenal siang dan malam kita berbaring dan bangun sesuka hati. Padahal, ibu kita hampir tidak tidur semalam suntuk. Rasanya, beliau tidak rela bila ada satu ekor nyamuk pun yang mengigit tubuh kita. Ketika kita mulai kecil mulai nakal, ibu bahagia memamerkan diri kita kepada tetangga-tetangganya. Walaupun untuk itu beliau begitu direpotkan, berutang sana-sini agar kita punya sepatu dan berpakaian layak. Ketika menjelang sekolah, ibu dan ayah sungguh-sungguh membanting tulang mencari nafkah agar kita bisa bersekolah seperti anak-anak yang lain. Walaupun mereka harus menahan lapar, namun puas asal anak-anaknya bisa kenyang.

Namun dalam kenyataannya, seiring pertumbuhan, tidak sebaik itu bakti kita kepada orang tua. Semakin lama kita semakin besar, mata jadi sering sinis kepada orang tua kita. Jangankan mencium tangan ibu, untuk sebuah senyum pun kita terkadang berat untuk melakukannya. Bahkan, ucapan dan tindakan kita seakan seperti pisau yang sering mengiris hatinya. Lebih dari itu, seringkali seorang anak begitu mudah menyuruh-nyuruh orang tuanya. Tak ubahnya seperti pesuruh yang dihormati sekadarnya. Padahal tenaga, keringat, dan darah mereka habis untuk membela kita.

Sungguh pengorbanan orang tua kita adalah utang. Walau ditebus nyawa sekalipun rasa-rasanya tidak akan terbayar. Allah SWT dalam surat Al Isra ayat 23 berfirman, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia".

Kini, di saat ibu kita masih hidup, sudahkah kita memuliakan dan menyayanginya dengan sepenuh hati? Sudahkah kita memohon maaf atas kealpaan kita kepadanya? Dan, apabila ibu kita telah lebih dulu menghadap Allah, seringkah kita memohonkan ampun untuknya? Sudahkah kita menjalankan amanat dan wasiatnya? Mari, mumpung Allah masih memberikan waktu, kita berbuat baik dan memuliakan ibu dan bapak kita. Doakan mereka dengan doa, ''Wahai Tuhanku, ampunilah kedua orang tuaku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'' Allahumma Amiin. Wallahu a'lam bishawab.

Untuk Mama Ku tersayang..Selamat hari Ibu...Semoga Bahagia Selalu Menyertai..Amin..
Love U
Ket.Dikutip dari pikiran rakyat & ICMI

0 Comments:

Post a Comment




 

Copyright 2006| Blogger Templates by GeckoandFly modified and converted to Blogger Beta by Blogcrowds.

yg ngerubah layout by Yolla Elwyn